Thursday, March 13, 2008

Sibuk di Rumah Bikin Seks Makin Hot

WASHINGTON- Bagi Anda para suami yang ingin kehidupan seksnya menjadi lebih aktif dan berwarna, nasehat yang satu ini mungkin bisa dicoba : mulailah sibuk membantu istri mengurusi pekerjaan rumah tangga.

Saran tersebut bukanlah isapan jempol belaka, namun merupakan kesimpulan sebuah survei di Amerika Serikat. Menurut survei tersebut, menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah ternyata memberi nilai plus bagi seorang pria. Semakin sering seorang pria melakukan pekerjaan rumah tangga, kehidupan seksnya akan semakin baik.


Sebuah laporan survei yang dikeluarkan US Council of Contemporary Families dan dipublikasikan Minggu kemarin menunjukkan bahwa pria yang rajin membersihkan rumah, mencuci baju atau menyetrika, ternyata juga menghabiskan waktu lebih banyak dengan pasangannya di ranjang. Ini merupakan bentuk penghargaan sang istri atas kerja keras sang suami.

Riset juga menyebutkan, manakala tren melakukan pekerjaan rumah demi menggapai seks ini diaplikasikan para pria, hubungan rumah tangga mereka pun relatif lebih awet atau tahan lama.

¨Secara garis besar, semakin sering seorang pria melakukan pekerjaan rumah tangga, semakin bahagia pula para wanitanya. Ketika pria melakukan lebih banyak pekerjaan rumah, persepsi wanita akan keadilan dan kebahagiaan pernikahan makin meningkat dan para pasangan ini jarang mengalami konflik pernikahan,¨ ungkap Scott Coltrane, sosiolog sekaligus penulis riset dari Universitas Riverside California.

¨Pada terapis mengatakan ada hubungan langsung antara pria yang lebih sering melakukan pekerjaan rumah tangga dengan frekuensi melakukan hubungan intim. Dan para istri melaporkan adanya perasaan luar bisa akan hasrat seksual serta kasih sayang kepada suami yang berpartisipsi dalam pekerjaan rumah,¨ tambahnya.

Coltrane menambahkan, kalau pun suami masih terbilang tertinggal jauh dari istri dalam hal pekerjan rumah tangga, para pria ini telah berjalan pada arah yang benar, dan pencapaian ini tidak akan sia-sia atau berubah lagi.

¨Para pria memang hanya mampu mengerjakan setengahnya dari apa yang bisa dilakukan wanita, namun kami melihat sebuah harapan yang muncul dan kami kira prosesnya tidak akan berubah,¨ ungkap Coltrane.

Sementara itu Psikolog dari US Council of Contemporary Families, Joshua Coleman, menyatakan bahwa pembagian tugas rumah tangga berkaitan dengan tingkat tertinggi dari kebahagiaan pernikahan dan terkadang berhubungan pula dengan seks.

¨Para istri mengaku merasakan hal luar biasa akan hasrat seksual dan kasih sayang terhadap suami yang berpartisipasi dalam pekerjan rumah tangga,¨ terang Coleman.

Fenomena keterlibatan pria dalam hal pekerjaan rumah tampaknya juga tengah menggejala di seluruh dunia.

¨Para pria di mana pun melakukan hal yang lebih. Bahkan pria Italia dan Spanyol juga begitu. Walau tidak dalam jumlah besar namun melebihi kebiasaan mereka,¨ ungkap Coltrane.

Read More...

3 Fase Penting antara Kau dan DIa.....

Lama pacaran tidak menjamin hubungan akan berlanjut ke pernikahan. Bicarakan ini dengannya jika Anda sudah tak sabar ingin memakai gaun pengantin.

Jangan ulur waktu untuk menentukan kelanjutan hubungan cinta. Ayo, amati fakta dan ikuti naluri agar Anda tidak terjerumus ke dalam hubungan tak 'bermasa depan'.



Di antara rangkaian kalimat cinta yang membuai, apa mau dikata, hubungan asmara adalah arena penilaian untuk menakar kualitas kebersamaan. Baik itu dalam hitungan hari, minggu, maupun tahun, ada, Iho, keputusan penting yang harus Anda buat di dalam hidup. Jika pandai-pandai melakukannya, Anda akan terbebas dari jalinan cinta yang sekadar menguras tenaga, emosi, dan waktu percuma.

3 Hari Pertama
Pada tahap ini, daya tarik sebatas 'skin deep' memegang peran utama. Tidak adanya ketertarikan fisik, body language yang bikin 'gerah' (misalnya, gaya tertawa yang berlebihan), atau percakapan yang enggak nyambung, bisa membuat Anda ilfil saat menghabiskan waktu dengannya. Jika selama kencan pertama Anda bolak-balik mengirim SMS atau berharap orang rumah menyuruh Anda pulang, berpikirlah dua kali untuk melakukan kencan kedua. Jangan lagi tempatkan diri pada situasi tidak nyaman.

Bila ternyata ada kecocokan, manfaatkanlah kesempatan kencan selanjutnya untuk menggali informasi sebanyak mungkin tentang dirinya. Tentu tanpa menimbulkan kesan bahwa Anda sedang menginterogasi. Kian banyak hal yang Anda ketahui tentang dia, maka akan semakin kaya pula bahan pertimbangan Anda untuk beranjak ke tahap selanjutnya. Variasikan acara kencan supaya tidak lekas bosan. Misalnya, alih-alih nonton film di bioskop, boleh juga bila Anda sesekali jalan-jalan ke Dunia Fantasi atau pergi olahraga bareng.

Kesalahan terbesar yang dilakukan perempuan selama fase ini, menurut John Gray, Ph.D. dalam buku Mars and Venus on a Date, adalah bersikap terlalu banyak memberi. Asal tahu saja Jeung, pada tahap pendekatan, pria jauh lebih senang diberi kesempatan untuk menyenangkan pasangannya ketimbang diladeni.

Jangan selalu menolak usahanya mengantar-jemput dengan dalih Anda biasa nyetir sendiri. Juga, jangan memperlakukan pria seolah-olah Anda ibunya. Boleh saja mengingatkan ia akan jadwal makan, namun tak perlu sampai meneleponnya berkali-kali kalau tak mau ia 'sesak napas' dan kehilangan minat untuk berkencan.

Do's & Don'ts
• Pastikan ada physical attraction supaya Anda tidak ilfil bila berada dekat dengannya.
• Gali fakta tentang dirinya dari berbagai sumber. Misalnya, cari tahu apakah wajah-wajah cantik dalam profil facebook-nya adalah 'korban cinta' dia atau bukan.
• Tak perlu merasa bersalah jika menolak kencan kedua. Katakan saja Anda sedang sibuk atau baru mulai serius dengan pria lain.
• Jangan bersikap terlalu needy. la akan 'gerah' bila Anda terus menelepon untuk menanyakan jadwal kencan selanjutnya.
• Say no kepada pria bermasalah, sebelum Anda telanjur tergila-gila padanya. Mengencani suami orang, drug addict atau pria abusive sama saja dengan sukarela terjun ke jurang.

3 Minggu Pertama
Setelah melewatkan waktu sekian lama bersama dirinya, Anda akan mulai menimbang-nimbang apakah dia orang yang tepat untuk dinobatkan menjadi kekasih. Bukan hanya terjadi pada Anda, namun begitu pula yang dialami oleh pria. Jadi, berikan pula waktu baginya untuk berpikir. Kesalahan terbesar yang banyak dilakukan perempuan dalam tahap ini, menurut Gray, adalah mengejar-ngejar pria untuk memperoleh kepastian.

Rileks saja, tak perlu tergesa-gesa! Gunakan waktu yang ada untuk memastikan perasaan. Jika Anda merasa nyaman berdekatan dengannya dan tertarik untuk mengetahui dirinya lebih jauh, maka boleh jadi ia cocok menjadi kandidat kekasih.Tak ada salahnya mengenalkan dia pada sahabat untuk mendapatkan second opinion. Meski keputusan tetap berada di tangan Anda, namun setidaknya Anda bisa melihat 'pemandangan' lain dari kacamata sahabat. Siapa tahu Anda terlena pada pesonanya sehingga kurang dapat berpikir obyektif.

Bagi yang berada dalam posisi menunggu, ketimbang uring-uringan, manfaatkan 'semangat jatuh cinta' yang melanda diri Anda untuk melakukan berbagai hal positif. Mulai dari mengoreksi penampilan, mempelajari hal baru, menyuntik semangat kerja, dan sebagainya. Dengan begitu, ke manapun nantinya arah hubungan ini, Anda tidak akan merugi. Tapi jangan lupa tetapkan deadline agar hubungan tidak berstatus 'digantung' terlalu Iama. Jika perlu, boleh juga kok bersikap lebih asertif. Nembak duluan, enggak tabu lagi, kan?

Do's & Don'ts
• Meski Anda terdesak deadline usia dan sedang mengencani pria sekelas Orlando Bloom, jangan buru-buru berpikir soal pernikahan. It's still a long way to go, darling...
• Jangan memacari pria karena kasihan atau khawatir kehilangan kesempatan berharga. Anda bisa rugi waktu dan tenaga karenanya.
• Hindari memacari pria yang menyembunyikan info tentang tempat tinggalnya, teman-temannya, serta keluarganya. Hal ini menunjukkan gelagat kurang baik pada dirinya.
• Meski sudah resmi berpacaran, tak perlu pasang 'kacamata kuda'. Terbukalah terhadap peluang bertemu pria yang lebih baik.

3 Tahun Pertama
Meski sudah minim gelora perasaan dan lika-liku perjalanan emosi yang mengasyikkan, fase ini merupakan tahap paling nyaman dilakoni. Anda dan dia sudah cukup saling mengenal sehingga merasa aman dan nyaman. Sayangnya, menurut Gray, karena merasa hubungan sudah 'mapan', kedua belah pihak biasanya berhenti melakukan sesuatu untuk membuat pasangannya merasa istimewa, sehingga hubungan terancam jenuh.

Situasi stabil dalam fase ini bisa bergolak kembali bila salah satu pasangan melirik orang lain atau mulai menyinggung soal pernikahan. Bagi pria, pernikahan dan masa pacaran adalah dua hal amat kontras. Bersikap sebagai kekasih sempurna belum tentu menandakan pria mudah diajak menemui penghulu. Perubahan ini bisa membuatnya menarik diri. Namun, bila dia menjauh, tak perlu panik dan menyuruhnya segera keluar dari dalam 'gua'. ltu adalah cara pria berpikir dan menyiapkan diri sebelum melangkah ke tahap lebih serius.

Toh, ada kemungkinan kekasih Anda tak mau muncul lagi dari 'gua' atau malah tersesat dan menempuh jalan menuju pangkuan perempuan lain. Bila ini terjadi, Anda perlu introspeksi hubungan. Apakah selama ini Anda dan dia sudah saling terbuka terhadap perasaan masing-masing, apakah Anda tidak menyadari (atau pura-pura tidak tahu) bahwa Anda berdua sebenarnya memiliki harapan berbeda, atau memang situasi belum mengizinkan.

Do's & Don'ts
• Lama pacaran tidak menjamin hubungan akan berlanjut ke pernikahan. Bicarakan ini dengannya jika Anda sudah tak sabar ingin memakai gaun pengantin.
• Jangan pernah berpikir menjebak pria untuk menikah dengan kehamilan. ltu pikiran old-fashioned yang akan berbalik menjadi bumerang.
• Umur bukan satu-satunya pertanda seseorang mesti menikah. Kematangan emosi dan menemukan pasangan hidup yang tepat adalah pertimbangan yang jauh lebih penting.

Read More...

Dari Perut Turun ke.......Ehemmm.....

Buah-buahan dan sayur-sayuran berwarna merah dan ungu, seperti cherry, lobak, blackcurrant, dan blueberry, memiliki kandungan tinggi zat antioxidan, yang membantu darah mengalir lebih lancar, menolong pasangan anda menyambut tantangan.

Kualitas hubungan intim anda dengan pasangan ternyata bisa dipengaruhi pula oleh santapan yang sebelumnya anda dan dia masukkan ke dalam perut. Ada makanan yang membawa efek positif terhadap aktivitas itu, ada pula yang sebaliknya.


Terlalu banyak menyantap makanan-makanan berat, seperti nasi, akan menjadikan gula darah sangat tinggi, tapi beberapa jam kemudian saja anda dan dia akan melempem dan lelah.

Jadi, untuk menaikkan energi secara pelan-pelan dan terus-menerus, hidangkanlah makanan dengan kandungan karbohidrat rendah hingga menengah, seperti bubur dan spaghetti dari gandum. Steak, keju cottage, ikan salmon, dan yoghurt rendah-lemak akan menaikkan dopamin dalam tubuh. Peningkatan dopamin--yang dihasilkan oleh syaraf dalam sistem limbic, yaitu bagian otak yang mengatur rasa senang--akan menambah dorongan seks lelaki dan perempuan.

Pastikan mengunyah daging merah tak berlemak, telur, ikan sardin, dan sayuran daun hijau tua. Semua ini penuh dengan zat besi--sebuah elemen pokok yang membuat anda dan pasangan tetap merasa senang dan terjaga sepanjang hari.

Makanan-makanan kaya protein, seperti ikan, ayam, dan tahu, telah diketahui akan memerbaiki konsentrasi. Dengan menyediakan makanan-makanan ini untuk malam hari, anda dan dia akan merasa lebih melek ketika tiba waktu untuk berkegiatan di malam hari. Ikan yang mengandung banyak minyak, seperti makerel, haring, dan sardin, merupakan sumber-sumber yang baik dari Omega 3, yang membuat darah anda terpompa, kepekaan kulit anda bertambah--di semua tempat yang tepat!

Buah-buahan dan sayur-sayuran berwarna merah dan ungu, seperti cherry, lobak, blackcurrant, dan blueberry, memiliki kandungan tinggi zat antioxidan, yang membantu darah mengalir lebih lancar, menolong pasangan anda menyambut tantangan.

Roti dari beragam biji-bijian, kerang, daging merah, kepiting, dan ikan sardin mengandung seng, yang merupakan zat yang penting sekali untuk menjaga penglihatan mata, indra perasa, indra pencium, dan memori anda tetap prima untuk memastikan anda memiliki malam yang tak terlupakan. (thesun.co.uk)

Read More...

Terbuka dengan Anak

Oleh : Sawitri Supardi Sadarjoen

KEBANYAKAN orangtua berpendapat, kalau anaknya pendiam atau sibuk bermain sendiri, berarti anaknya manis, penurut, mandiri, dan tidak perlu mendapat perhatian khusus.

Sementara kebanyakan orangtua yang disibukkan oleh anak yang sangat rewel, sering memberi sebutan anak itu nakal, banyak maunya, dan tidak menurut.


Terhadap anak yang pendiam, mandiri, dan selalu menyiapkan keperluan sekolah sendiri, orangtua merasa segala hal sudah tercukupkan karena anak tersebut memang pada dasarnya anak manis yang penurut dan tahu akan kewajibannya.

Namun, dapat terjadi orangtua dikejutkan perilaku anak yang semula manis, penurut, dan tahu kewajiban tersebut tiba-tiba mogok sekolah, tidak kooperatif, serta menunjukkan sikap melawan orangtua. Apa pun yang disarankan orangtua seolah mental dan tidak berpengaruh. Anak jadi mengurung diri dan baru keluar kamar bila lapar atau perlu ke kamar mandi.

Orangtua menjadi bingung. Anak dimarahi dan dibentak dengan ungkapan, ”Ngomong dong, ada apa, kenapa enggak mau sekolah!” Bahkan dipukul sekalipun anak bergeming, malahan bisa mengatakan, ”Bunuh saja saya sekalian.” Walaupun, setelah beberapa saat anak akhirnya mau membuka mulut, menceritakan sepintas kenapa dia mogok sekolah.

Ternyata anak mendapat pelecehan dari teman-teman di kelas, dimusuhi sebagian besar teman kelasnya, bahkan dikata-katai. Tekanan emosional yang dialami anak sudah sedemikian besar dan tidak tertanggulangi lagi sehingga anak memutuskan mogok sekolah. Apa pun upaya orangtua dan guru untuk menarik kembali anak ke sekolah tidak berhasil. Anak tetap mengurung diri dengan konsekuensi tidak naik kelas. Sementara untuk pindah sekolah dan tidak naik kelas menuntut upaya khusus bagi anak dalam beradaptasi. Masalah semakin kompleks bagi anak di kemudian hari, apalagi bila kemudian ia juga mengalami kesulitan adaptasi dengan lingkungan baru.

Menyimak kasus anak mogok sekolah tersebut, kita dapat menyimpulkan, di balik perilaku mogok sekolah yang dilakukan anak tersebut, tersirat masalah yang lebih serius, yaitu kenyataan selama ini anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orangtua.

Andaikan anak terbiasa terbuka kepada orangtua dan mampu dengan lancar mengutarakan perasaan dan pengalaman di sekolah, maka sebelum masalah yang dialami menjadi separah itu, orangtua dengan cepat bisa meminta guru membantu anak mengatasi masalah pelecehan yang dilakukan teman sekelas terhadap anak tersebut sehingga terhindar dari kemungkinan ekses dari pelecehan tersebut terhadap kelanjutan studi anak.

Yang terpenting, anak merasa didengar dan didukung orangtua manakala ia membutuhkan. Perasaan ini merupakan esensi dari rasa aman anak yang dibutuhkan bagi tumbuh kembang kepribadian anak di kemudian hari.

Mendengar anak

Mendengar efektif bukan hal mudah. Anak-anak dan remaja sering mengamati, orangtuanya tidak mendengarkan apa yang mereka ungkapkan.

”Ibu saya selalu teriak kalau saya baru akan mengutarakan perasaan saya secara jujur.”

”Ayah saya lebih mendengarkan kakak daripada saya, jadi saya lebih baik diam saja.”

Sebaliknya, orangtua juga mengatakan seperti berikut:

”Kalaupun saya bertanya, anak nomor dua ini tidak pernah bercerita apa pun tentang sekolahnya.”

”Setiap kali saya mulai bicara tentang sesuatu yang penting, dia hanya menjawab, ’Ah, Papah’, sambil terus pergi meninggalkan saya.”

Menyimak contoh komunikasi tersebut, kita dapat menyimpulkan, baik anak, remaja, maupun orangtua membutuhkan dirinya diterima dan dihargai baru mereka dapat menjalin komunikasi efektif. Biasanya, daripada merasa ditolak, mereka lebih memilih menghindari komunikasi sehingga terciptalah iklim relasi yang dingin, tidak hangat, tidak terpercaya, dan seperlunya.

Cara meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan anak, antara lain:

1. Ciptakanlah situasi yang nyaman dengan anak, sekitar 15 menit. Misalnya, saat-saat sebelum makan malam atau sesudah makan malam dengan mengawali komunikasi tentang hal-hal ringan sambil tidak memaksa anak bicara.

Saat akhir minggu mintalah anak memilih permainan atau aktivitas yang anak sukai dan bisa dilakukan bersama orangtua. Misalnya, bermain ular tangga atau main kartu remi (cangkulan) yang juga bisa diikuti anak yang lain. Atas dasar pengalaman bermain santai, anak akan dengan sendirinya menumbuhkan rasa percaya kepada orangtua dan merasa diterima kehadirannya di hadapan orangtua.

2. Mulailah mendengar dan saling berbagi cerita, bisa bergantian menceritakan artikel yang dibaca atau mulai mendengar keluhan anak tanpa mengadili atau memberikan saran apa yang harus dilakukan anak.

3. Lakukan kontak mata yang luwes dan bersahabat saat mendengar cerita anak.

4. Jadilah diri sendiri apa adanya, artinya tidak perlu menjaga gengsi sebagai orangtua. Bersikaplah rileks dan tanggapilah ungkapan dan pendapat anak dengan sikap terbuka dan jujur. Tidak perlu harus menunjukkan wibawa orangtua selalu benar. Terkadang anak juga ingin melihat orangtuanya bisa salah. Bila ternyata pendapat orangtua salah, cobalah bersama anak mencari jawaban yang benar sehingga anak akan merasa dihargai. Perasaan dihargai akan menunjang peluang berkembangnya perasaan dipercaya dan terpercaya.

Dengan memperbaiki komunikasi dengan anak dan meluangkan perhatian khusus kepada anak yang justru pendiam dan tampak bersikap manis, upaya preventif orangtua terhadap kemungkinan terjadinya gangguan perilaku anak, seperti mogok sekolah atau berbohong, akan berhasil secara optimal. Semoga.

Read More...

Anak Tidur lebih dari 3 jam??

Saya membaca pertanyaan yang ditanyakan oleh
Nina Nuraeni

"Lam kenal mbak...kalau anak tidur siangnya kelamaan(3 jam kadang lebih), apa perlu dibangunin ga ya ?tx"



Trimakasih buat mbak Nina yang sudah bertanya, Jadi di artikel sebelumnya (Tdur bayi yang berkualitas) sudah dijelaskan mengenai pola tidur bayi, saya tuliskan kembali bahasan tentang tidur bayi....

Pola tidur
Pola tidur bayi dan batita akan berubah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Bayi yang baru lahir biasanya akan tidur selama 16-20 jam dalam satu hari. Pada umur itu pola tidur tak teratur, lama tidur siang dan malam hampir sama, lebih dipengaruhi oleh rasa lapar dan kenyang bayi.

Pada usia 2-12 bulan, umumnya bayi tidur selama 9-12 jam pada malam hari dan tidur siang 1-4 kali sehari. Ketika berumur 12 bulan-3 tahun, si kecil biasanya tidur selama 12-13 jam sehari, dengan tidur siang rata-rata satu kali saja dalam sehari pada usia 18 bulan.

Anak berumur tiga tahun yang tidur siang akan memiliki kemampuan lebih dalam menyesuaikan diri. Hal itu sangat penting dalam menentukan keberhasilan di sekolahnya. Pada usia empat tahun, anak bisa tidak lagi membutuhkan tidur siang. Tidur pagi dan siang (nap) berkaitan erat dengan lamanya atensi, quiet alert, dan cepatnya proses pembelajaran.

Pola tidur bayi dan batita memang bervariasi. Tapi, dalam satu bulan setelah bayi lahir, seharusnya ritme tidur dan bangun yang rutin sudah dapat terbentuk. Waspadalah jika hingga umur enam bulan ia masih belum memiliki pola tidur yang relatif teratur, karena itu bisa berarti ia memiliki masalah tidur.


Jadi.....Bila anak tersebut adalah bayi yang baru lahir dibawah 19bulan maka tidur siang selama 3 jam itu wajar, apalagi ketika dia benayak beraktifitas. Dan seperti penjelasan diatas bahwa, perlu diwaspadai ketika bayi sudah berumur 6 bln keatas dan masih tidak mempunyai jadwal tidur atau ritme tidur yang belum tepat perlu di perhatikan khusus, karena keadaan tersebut dipicu oleh kualitas tidur yang kurang baik.

Namun, saran saya untuk masalah ini, lebih baik porsi tidur anak diatur sedemikian rupa sehingga si anak memilikt porsi porsi tidur yang efektif dan efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan jadwal tidur yang konsisten pada anak.
Semoga jawaban ini bermanfaat, bila masih ingin bertanya lebih lanjut bisa mengirimkan e-mail ke r4ni_2703@yahoo.com

Selamat membaca

Read More...

Sunday, March 9, 2008

Being a Mother

We are sitting at lunch when my daughter
casually mentions that she and her
husband are thinking of "starting a family."

"We're taking a survey," she says, half-joking.

"Do you think I should have a baby?"

"It will change your life," I say, carefully
keeping my tone neutral.

"I know," she says, "no more sleeping in on
weekends, no more spontaneous vacations...."

But that is not what I meant at all. I look
at my daughter, trying to decide what to tell her.
I want her to know what she will never learn in
childbirth classes. I want to tell her that the
physical wounds of child bearing will heal,
but that becoming a mother will leave her with an
emotional wound so raw that she will forever
be vulnerable.



I consider warning her that she will never
again read a newspaper without asking
"What if that had been MY child?" That
every plane crash, every house fire will haunt her.
That when she sees pictures of starving
children, she will wonder if anything could
be worse than watching your child die.



I look at her carefully manicured nails and
stylish suit and think that no matter how
sophisticated she is, becoming a mother will
reduce her to the primitive level of a bear
protecting her cub.



That an urgent call of "Mom!" will cause her
to drop a souffle or her best crystal without
a moment's hesitation.



I feel I should warn her that no matter how
many years she has invested in her career,
she will be professionally derailed by motherhood.
She might arrange for childcare, but one day
she will be going into an important business
meeting and she will think of her baby's sweet
smell. She will have to use every ounce of her
discipline to keep from running home,
just to make sure her baby is all right.



I want my daughter to know that everyday
decisions will no longer be routine.
That a five year old boy's desire to go to
the men's room rather than the women's at
McDonald's will become a major dilemma.
That right there, in the midst of clattering trays
and screaming children, issues of independence and
gender identity will be weighed against the
prospect that a child molester may be lurking in
that restroom.



However decisive she may be at the office,
she will second-guess herself constantly as a mother.
Looking at my attractive daughter, I want to
assure her that eventually she will shed the
pounds of pregnancy, but she will never feel the
same about herself. That her life, now so important,
will be of less value to her once she has a child.
That she would give it up in a moment to save her
offspring, but will also begin to hope for more
years-- not to accomplish her own dreams, but to watch
her child accomplish theirs.



I want her to know that a cesarean scar or
shiny stretch marks will become badges of honor.
My daughter's relationship with her husband will
change, but not in the way she thinks. I wish she could
understand how much more you can love a man who is
careful to powder the baby or who never hesitates to
play with his child. I think she should know
that she will fall in love with him again for
reasons she would now find very unromantic.



I wish my daughter could sense the bond she
will feel with women throughout history who
have tried to stop war, prejudice and drunk driving.



I hope she will understand why I can think
rationally about most issues, but become
temporarily insane when I discuss the threat of
nuclear war to my children's future.



I want to describe to my daughter the
exhilaration of seeing your child learn to ride a bike.
I want to capture for her the belly laugh of a baby
who is touching the soft fur of a dog or a cat for
the first time.



I want her to taste the joy that is so real, it
actually hurts.



My daughter's quizzical look makes me realize
that tears have formed in my eyes.
"You'll never regret it," I finally say.



Then I reach across the table, squeeze my
daughter's hand and offer a silent prayer for her,
and for me, and for all of the mere mortal women
who stumble their way into this most wonderful of callings.



This blessed gift from God . . . that of being a Mother.

Read More...

Friday, March 7, 2008

Mengembangkan Otak Bayi Anda

Dijelaskan oleh Dr Eddy Supriyadi SpA, dari RS Sardjito Yogyakarta, ada dua komponen dasar dalam perkembangan otak anak, yaitu lingkungan yang aman dan pengalaman positif.

Saat seorang bayi merasa tertekan, otak akan merespon dengan menghasilkan zat kortisol. Kadar kortisol yang tinggi akan memperlambat perkembangan otak. Lingkungan aman dan nyaman diperlukan bayi untuk membantu perkembangan otaknya. Beri respon saat bayi menangis maupun mengoceh.


Pengalaman yang diterima setiap hari juga akan membantu perkembangan otak anak. Aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengajak anak ke pasar atau ke toko buku, menurut dokter anak lulusan UGM ini, sangat penting untuk pembentukan jaringan perkembangan sel otak.

Dr Eddy memberikan 10 tips bagi orangtua untuk membangun dasar perkembangan otak anak:

1. Beri perawatan dan kasih sayang yang adekuat selama masa kehamilan.

2. Beri nutrisi yang cukup. Enam bulan pertama kehidupan bayi, berikan kecukupan nutrisi dengan ASI.

3. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak.

4. Berbicaralah kepada bayi. Buat kontak mata saat berbicara dengan anak. Jangan lupa selalu tersenyum kepada anak.

5. Bila harus menitipkan anak, carilah tempat penitipan yang bermutu tinggi.

6. Kenalkan aneka ragam musik pada anak, dan bernyanyilah bersama.

7. Beri interaksi yang nyata dengan anak demi perkembangan otaknya. Jangan biarkan anak menonton televisi terlalu lama. Batasi waktunya.

8. Beri ruang bagi anak untuk dapat berinteraksi dengan teman sebaya.

9. Redakan stres pada orangtua. Orangtua yang mengalami stres cenderung mengalihkan stres kepada anaknya. Bila Anda merasa stres, cobalah bercerita kepada orang yang dekat dengan Anda.

10. Ingat, otak tidak akan pernah berhenti berkembang. Jadi, beri stimulasi sebanyak-banyaknya secara terus-menerus.

Read More...

Bayi Butuh Tidur Berkualitas


Anda telah dikaruniai bayi atau punya batita? Perhatikan pola tidur buah hati anda. Sudahkah kebutuhannya akan tidur berkualitas terpenuhi? Menurut penelitian para ahli, tidur berkualitas, bukan sekadar tidur, merupakan hal penting dalam proses tumbuh kembang yang optimum pada bayi dan batita, karena di waktu mereka tidur terjadi puncak aktivitas regenerasi sel-sel tubuh dan tumbuh kembang otak.

Pola tidur yang baik pada bayi dan batita paling ideal dibentuk ketika mereka berumur 3-6 bulan. Ciri bayi dan batita yang mendapat cukup waktu tidur adalah mudah tertidur malam hari, mudah terbangun pagi hari, tidak rewel, mudah diatur, dan tak memerlukan tidur siang yang melebihi kebutuhan sesuai dengan perkembangannya.


Tidur berkualitas pada bayi dan batita bisa diperoleh jika mereka melewati dua tahapan tidur, yaitu tidur dalam atau tidur Non-REM (Non-Rapid Eye Movement) dan tidur aktif atau tidur REM.

Proporsi tidur REM pada bayi yang baru lahir adalah sebanyak 50% dari keseluruhan siklus tidur. Angka tersebut akan terus berkurang, hingga tinggal 20%, seiring pertambahan usia bayi.

Pola tidur
Pola tidur bayi dan batita akan berubah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Bayi yang baru lahir biasanya akan tidur selama 16-20 jam dalam satu hari. Pada umur itu pola tidur tak teratur, lama tidur siang dan malam hampir sama, lebih dipengaruhi oleh rasa lapar dan kenyang bayi.

Pada usia 2-12 bulan, umumnya bayi tidur selama 9-12 jam pada malam hari dan tidur siang 1-4 kali sehari. Ketika berumur 12 bulan-3 tahun, si kecil biasanya tidur selama 12-13 jam sehari, dengan tidur siang rata-rata satu kali saja dalam sehari pada usia 18 bulan.

Anak berumur tiga tahun yang tidur siang akan memiliki kemampuan lebih dalam menyesuaikan diri. Hal itu sangat penting dalam menentukan keberhasilan di sekolahnya. Pada usia empat tahun, anak bisa tidak lagi membutuhkan tidur siang. Tidur pagi dan siang (nap) berkaitan erat dengan lamanya atensi, quiet alert, dan cepatnya proses pembelajaran.

Pola tidur bayi dan batita memang bervariasi. Tapi, dalam satu bulan setelah bayi lahir, seharusnya ritme tidur dan bangun yang rutin sudah dapat terbentuk. Waspadalah jika hingga umur enam bulan ia masih belum memiliki pola tidur yang relatif teratur, karena itu bisa berarti ia memiliki masalah tidur

Read More...

Kiat Mengembangkan Otak Anak

Dijelaskan oleh Dr Eddy Supriyadi SpA, dari RS Sardjito Yogyakarta, ada dua komponen dasar dalam perkembangan otak anak, yaitu lingkungan yang aman dan pengalaman positif.

Saat seorang bayi merasa tertekan, otak akan merespon dengan menghasilkan zat kortisol. Kadar kortisol yang tinggi akan memperlambat perkembangan otak. Lingkungan aman dan nyaman diperlukan bayi untuk membantu perkembangan otaknya. Beri respon saat bayi menangis maupun mengoceh.


Pengalaman yang diterima setiap hari juga akan membantu perkembangan otak anak. Aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengajak anak ke pasar atau ke toko buku, menurut dokter anak lulusan UGM ini, sangat penting untuk pembentukan jaringan perkembangan sel otak.

Dr Eddy memberikan 10 tips bagi orangtua untuk membangun dasar perkembangan otak anak:

1. Beri perawatan dan kasih sayang yang adekuat selama masa kehamilan.

2. Beri nutrisi yang cukup. Enam bulan pertama kehidupan bayi, berikan kecukupan nutrisi dengan ASI.

3. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak.

4. Berbicaralah kepada bayi. Buat kontak mata saat berbicara dengan anak. Jangan lupa selalu tersenyum kepada anak.

5. Bila harus menitipkan anak, carilah tempat penitipan yang bermutu tinggi.

6. Kenalkan aneka ragam musik pada anak, dan bernyanyilah bersama.

7. Beri interaksi yang nyata dengan anak demi perkembangan otaknya. Jangan biarkan anak menonton televisi terlalu lama. Batasi waktunya.

8. Beri ruang bagi anak untuk dapat berinteraksi dengan teman sebaya.

9. Redakan stres pada orangtua. Orangtua yang mengalami stres cenderung mengalihkan stres kepada anaknya. Bila Anda merasa stres, cobalah bercerita kepada orang yang dekat dengan Anda.

10. Ingat, otak tidak akan pernah berhenti berkembang. Jadi, beri stimulasi sebanyak-banyaknya secara terus-menerus.

Read More...

Are you married??getting married??

Married is not an easy or simple choice.....
It is a big deal...

Ini ada bahan perenungan buat yang mo married, yg lagi married, dan yg berencana ga married lagi.

* Perkawinan.. 6 Minggu, 6 Bulan, 6 Tahun.. *


Sebelum Bobo:
6 minggu: selamat bobo sayang, mimpi indah ya, mmmuach.
6 bulan: tolong matiin lampunya, silau nih.
6 tahun : Kesana-an doong... kamu tidur dempet2an kayak mikrolet gini sih?!

Pakai Toilet :
6 minggu: ngga apa-apa, kamu duluan deh, aku ngga buru2 koq.
6 bulan: masih lama ngga nih?
6 tahun: brug! brug! brug! (suara pintu digedor), kalo mau tapa di gunung kawi sono!

Ngajarin Nyetir:
6 minggu: hati-hati say, injek kopling dulu baru masukin perseneling ya
6 bulan: pelan-pelan dong lepas koplingnya.
6 tahun: pantesan sering ke bengkel, masukin persenelingnya aja kayak gini!

Balesin SMS:
6 minggu: iya sayang, bentar lagi nyampe rumah koq, aku beli martabak kesukaanmu dulu ya
6 bulan: mct bgt di jln nih
6 tahun: ok.

Dating process:
6 minggu: I love U, I love U, I love U.
6 bulan: Of course I love U.
6 tahun : Ya iyalah!! kalau aku tidak cinta kamu, ngapain nikah sama kamu??

Back from Work:
6 minggu: Honey, aku pulang...
6 bulan : I'm BACK!!
6 tahun: Si mbok masak apa hari ini??

Hadiah (ulang tahun):
6 minggu : Sayangku, kuharap kau menyukai cincin yang kubeli
6 bulan : Aku membeli lukisan, nampaknya cocok dengan suasana ruang tengah
6 tahun : Nih duitnya, loe beli sendiri deh yang loe mau

Receive Incoming phone:
6 minggu: Baby, ada yang pengen bicara ama kamu di telpon
6 bulan : Eh...ini buat kamu nih...
6 tahun : WOOIII TELPON BUNYI TUUUHHH....ANGKAT DUOOONG!!!

Masakan:
6 minggu: Wah, tak kusangka rasa makanan ini begitu lezaattt...!!!
6 bulan: Kita makan apa malam ini??
6 tahun: HAH? MAKANAN INI LAGI?

Memaafkan:
6 minggu: Udah gak apa-apa sayang, nanti kita beli lagi ya
6 bulan: Hati-hati! Nanti jatuh tuh.
6 tahun: KAMU GAK NGERTI2 YA DAH BERIBU2 KALI AKU BILANGIN

Baju baru:
6 minggu: Duhai kasihku, kamu seperti bidadari dengan pakaian itu
6 bulan: Lho, kamu beli baju baru lagi?
6 tahun: BELI BAJU ITU HABIS BERAPA??

Rencana liburan:
6 minggu: Gimana kalau kita jalan-jalan ke Amerika atau ke tempat yg kamu mau honey?
6 bulan: Ke Surabaya naik bis aja ya gak usah pakai pesawat...
6 tahun: JALAN-JALAN? DIRUMAH AJA KENAPA SEH? NGABISIN UANG AJA!

Nonton TV:
6 minggu: Baby, apa yg pengen kita tonton malam ini ?
6 bulan : Sebentar ya, filmnya bagus banget nih.
6 tahun: JANGAN DIGANTI-GANTI DONG CHANNELNYA AH! GAK BISA LIAT ORANG SENENG DIKIT APA ?!

So???

Read More...

search